Selamat Datang

Semoga blog ini menjadi wadah sharing & kreatifitas siswa/siswi SMK Negeri 1 Banjar dan untuk yang ingin blognya ditampilkan, kirimkan Nama, Kelas dan Alamat Blog ke Email : indra.smkn1banjar@gmail.com/ 6562752654200023

SMK Nesaba

Friday 25 May 2012

Sutradara

Tahap Pra Produksi

1.Interpretasi Skenario (script conference)
·         Analisa skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi,dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film.
·         Hasil analisa didiskusikan dengan semua Kepala Departemen (sinematografi, artistik, suara, editing) dan Produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film

2. Pemilihan Kru
Sutradara dan Produser memilih dan menentukan Kru yang akan terlibat di dalam produksi.


3. Casting
Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director.

4. Latihan/rehearsal
·         Kepada pemain utama, sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya dengan tujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama.
·         Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh pemain untuk membaca bagian dari dialog dan action pemain masing-masing.
·         Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama.
·         Sutradara melakukan evaluasi terhadap hasil latihan pemeranan yang telah direkam sebelumnya.

5. Hunting
·         Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artistik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi.
·         Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artistik, dan Penata Suara.
·         Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis.

6. Perencanaan shot dan blocking/planning coverage dan staging
·         Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario.
·         Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan.
·         Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist.



7. Praproduksi Final (Final Preproduction)
Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik.

Tahap Produksi
·         Berdasarkan breakdown shooting, sutradara menjelaskan adegannya kepada Astradara (Asisten Sutradara) dan Kru utama lainnya tentang urutan shot yang akan diambil (take).
·         Mengkoordinasikan kepada Astrada untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera.
·         Sutradara memberikan pengarahan terhadap pemain apabila dirasa kurang dalam akting.
·         Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di lapangan.
·         Melihat hasil shooting.

Tahap Pascaproduksi
·         Bila ada catatan khusus dari laboratorium (untuk produksi film) atau Editor, Sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting/materi editing.
·         Melihat dan mendiskusikan dengan Editor hasil rought cut dan fine cut.
·         Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat praproduksi. 
·         Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi.
·         Berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, Sutradara melakukan koreksi warna di laboratorium/studio, setelah berdiskusi dengan Produser dan Penata Fotografi.





Catatan Sarasehan Asisten Sutradara, Yogyakarta, 23 Oktober 2009

Pada tanggal 23 Oktober 2009, para praktisi dan penggiat komunitas film Yogyakarta menyelenggarakan “Sarasehan Astrada”. Melalui sarasehan ini, hadirin diharapkan dapat beramah tamah, saling mengenal dan bertukar info seputar kegiatan audio visual serta berbagi pengalaman di antara pekerja film di Yogyakarta.
Sarasehan Astrada yang sedianya dijadwalkan pada pukul 19.00-21.00 WIB, pada pelaksanaannya  dimulai pukul 19.15 WIB dan selesai pada pukul 21.05 WIB. Acara tersebut dihadiri 36 orang terdiri dari mahasiswa perwakilan beberapa kine klub perguruan tinggi , a.l.: UGM, AKINDO, AMIKOM, UNPROK, UPN, UIN, MMTC dan UMY. Namun hanya 4 orang yang sudah (atau pernah) berperan sebagai  astrada dalam produksi audio visual, yaitu:  Bayu “Gondrong”, Giras Basuwondo, Miko Akindo dan Yoseph “Cecep” Anggi, dan hanya 2 orang yang sedang mempersiapkan produksi film pendek dan dipercaya kelompoknya menjadi astrada, yakni: Sidiq UMY dan  Januar Teknik UGM.  
Acara berlangsung santai tanpa pemakalah dan bersifat terbuka, dimana masing-masing hadirin secara bertanggung jawab dan sopan mengemukakan hal yang ingin dibahas atau ditanyakan. Dalam sarasehan ini yang bertindak sebagai moderator adalah Senoaji Julius.  
Tanya-jawab dalam Sarasehan Astrada berkisar pada:

1.       Motivasi dan peranan Astrada
Melalui diskusi, diungkapkan bahwa ada yang menjadi Astrada karena itulah posisi kerja yang dikenal sejak pertama kali berproduksi film pendek. Lain halnya dengan sejumlah pendapat, bahwa posisi astrada adalah POSISI TERBAIK untuk BELAJAR seluk beluk kerja kreatif film.
Tugas-tugas Astrada menyebabkan seorang Astrada harus tahu dan paham KINERJA departemen lain sekaligus menjadikan seorang Astrada harus mampu melakukan KOMUNIKASI KERJA yang baik dengan departemen lain. Beberapa hadirin dalam sarasehan menggunakan istilah “motor penggerak shooting” sebagai gambaran peran Astrada.

2.       Tugas pokok Astrada
Bayu, Giras, Miko dan Cecep bergantian menjawab dan menerangkan tugas pokok Astrada baik teori yang pernah didapat maupun pengalaman masing-masing di lapangan. Terdapat hal teknis dan nonteknis mengenai tugas pokok astrada.
Tugas pokok Astrada secara teknis adalah menyusun shooting schedule, call sheet, menyiapkan cast, directing extras.
Secara non teknis, terkait penyusunan shooting schedule, seorang Astrada dituntut mampu MENCARI INPUT dari berbagai departemen baik kreatif maupun manajemen guna merangkai waktu terbaik shooting. Cecep mencontohkan:
Astrada harus dapat menyusun jadwal take terbaik pada saat ada permintaan:
Sutradara memprioritaskan mood pada tingkat kerumitan adegan, sementara DOP mengingatkan kondisi pencahayaan pagi dan siang, sementara Art Director memerlukan waktu yang cukup untuk mengerjakan set, property dll, sementara Asisten Produser / Manajer lokasi menekankan terbatasnya ijin waktu dan tempat, dst.
Tugas Non teknis lain Astrada adalah mengatur tempo kerja (filming progress) dan melakukan cek ulang tiap-tiap unit agar siap untuk take selanjutnya (maintaining order).


3.       Pemilihan  Astrada
Giras mengungkapkan bahwa pemilihan astrada, pada umumnya, berangkat dari berkenalan  dan berteman dengan sutradara hingga si sutradara menawarkan kesempatan untuk menjadi asistennya. Dalam hal ini, beberapa hadirin membenarkan pendapat tersebut. Hadirin lainnya, diam karena tak tahu.

4.       Tips n Tricks Astrada
STAMINA - olahraga sehingga stamina fisik kuat! Terutama bagian kaki!
BERLATIH MENGHITUNG WAKTU - sangat berguna untuk menyusun shooting schedule.
BIASAKAN MENCATAT - catat hal sekecil apapun.
KOMUNIKASI - berlatih menyampaikan sesuatu secara EFISIEN dan EFEKTIF.
TEGAS dan PEDE - dalam menyampaikan sebuah keputusan di lapangan, agar kru tidak ragu menjalankannya.
SABAR dan TEGAR - Giras menggarisbawahi, bahwa pekerja film umumnya sulit menahan mulut untuk tidak berkomentar (sering “jorok”).
CHECK n RECHECK - biasakan bertanya untuk mengecek ulang.

Lain-lain
Diskusi tidak membahas detail mengenai fee seorang Astrada, karena nominal bayaran tersebut sangat dipengaruhi oleh besaran nilai produksi dan memang tidak ada standarisasi. Hal lain yang dikemukakan adalah sedikitnya minat terhadap posisi Astrada di Yogyakarta, dan dari beberapa teman yang sudah berproduksi, mereka mengaku sulit menemukan Astrada yang bekerja dengan baik dan ulet.  


No comments:

Post a Comment