Hubungan Kerja antara IQ, EQ & SQ
Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan sejumlah potensi insani yang bisa membawa kita pada puncak keberhasilan. Sebagai manusia yang memiliki kecerdasan tersebut, faktanya kecerdasan kita hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar. Baik kecerdasan itu berupa IQ, EQ, SQ dan lain sebagainya. Namun dalam hingga saat ini kecerdasan yang masih dianggap berpengaruh penting dalam keberhasilan berupa Intellegent Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient, atau kecerdasan otak, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan otak mencakup unsur logis (matematika) dan linguistik (verbal atau bahasa). Kecerdasan emotional mencangkup unsur interpersonal dan intrapersonal. Sementara kecerdasan spiritual adalah bagaimana mengkhayati dan mengabdikan diri –beribadah- kepada khalik (sang pencipta).
Antara kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Maka hasilnya adalah IQ, EQ & SQ yang terintegrasi pada saat masalah datang maka radar hati bereaksi menangkap signal. Karena berorientasi pada materialisme maka emosi yang dihasilkan adalah emosi yang tidak terkendali, sehingga menghasilkan sikap-sikap sebagai berikut: marah, sedih, kesal dan takut. Akibat emosi yang tidak terkendali god spot menjadi terbelenggu atau suara hati tidak memiliki peluang untuk muncul. Bisikan suara hati inilah yang bersifat mulia tidak lagi bisa didengar dan menjadi tidak berfungsi, ini mengakibatkan ia tidak mampu berkolaborasi dengan piranti kecerdasan yang lain karena suara hati tertutup. Maka yang paling memegang peranan penting adalah emosi. Emosilah yang memberi perintah kepada sektor kecerdasan intelektual (IQ). IQ akan menghitung, tetapi berdasarkan dorongan kemarahan, kekecewaan, kesedihan, iri hati dan kedengkian. Bayangkanlah apa yang akan terjadi kemudian!!
Kasus lain, ketika masalah atau tantangan muncul radar lain langsung menangkap getaran signal. Ketika signal itu menyentuh dinding tauhid, kecerdasan tauhid mengendalikan emosi, hasilnya adalah emosi yang terkendali seperti rasa tenang dan damai. Dengan ketenangan emosi yang terkendali itu maka god spot atau pintu hati terbuka dan bekerja, terdengarlah bisikan-bisikan illahi yang mengajak kita kepada sifat-sifat keadilan, kasih sayang, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, kreativitas, komitmen, kebersamaan, perdamaian dan bisikan hati mulia lainnya. Berdasarkan bisikan dorongan mulia itulah potensi kecerdasan intelektualitas yang berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kejujuran dan tanggung jawab, lahirlah sebuah meta kecerdasan yaitu integrasi EQ, IQ & SQ.
Kemampuan untuk mengetahui banyak hal secara ilmiah, disebut kecerdasan intelektual. Sedangkan kapasilitas untuk mengembangkan interaksi sosial secara positif dan mendukung potensi insani lainnya disebut kecerdasan emotional. Dan jenis kecerdasan yang banyak berpengaruh atas prestasi spiritual seseorang yaitu kecerdasan spiritual.
Penggabungan antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan intelektual dalam berbagai hal akan melahirkan “idealisme” dalam diri yang dalam konstektualnya lebih benyak membentuk wilayah-wilayah individual (catra pribadi). Sedangkan penggabungan antara ketiga kecerdasan tersebut yakni intelektual-spiritual dan emosional memunculkan tipe-tipe kecerdasan baru hingga pencapaian kecerdasan dialektis.
Perlu diakui bahwa IQ, EQ & SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) didalam diri kita, sehingga tidak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Seperti kata Thomas Jefferson atau Anthoni Robbins meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi pada pelaksanaannya, perlu dijalankan se-fleksibel orang berenang. [Info: Berbagai Sumber]
Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan sejumlah potensi insani yang bisa membawa kita pada puncak keberhasilan. Sebagai manusia yang memiliki kecerdasan tersebut, faktanya kecerdasan kita hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar. Baik kecerdasan itu berupa IQ, EQ, SQ dan lain sebagainya. Namun dalam hingga saat ini kecerdasan yang masih dianggap berpengaruh penting dalam keberhasilan berupa Intellegent Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient, atau kecerdasan otak, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.
Kecerdasan otak mencakup unsur logis (matematika) dan linguistik (verbal atau bahasa). Kecerdasan emotional mencangkup unsur interpersonal dan intrapersonal. Sementara kecerdasan spiritual adalah bagaimana mengkhayati dan mengabdikan diri –beribadah- kepada khalik (sang pencipta).
Antara kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Maka hasilnya adalah IQ, EQ & SQ yang terintegrasi pada saat masalah datang maka radar hati bereaksi menangkap signal. Karena berorientasi pada materialisme maka emosi yang dihasilkan adalah emosi yang tidak terkendali, sehingga menghasilkan sikap-sikap sebagai berikut: marah, sedih, kesal dan takut. Akibat emosi yang tidak terkendali god spot menjadi terbelenggu atau suara hati tidak memiliki peluang untuk muncul. Bisikan suara hati inilah yang bersifat mulia tidak lagi bisa didengar dan menjadi tidak berfungsi, ini mengakibatkan ia tidak mampu berkolaborasi dengan piranti kecerdasan yang lain karena suara hati tertutup. Maka yang paling memegang peranan penting adalah emosi. Emosilah yang memberi perintah kepada sektor kecerdasan intelektual (IQ). IQ akan menghitung, tetapi berdasarkan dorongan kemarahan, kekecewaan, kesedihan, iri hati dan kedengkian. Bayangkanlah apa yang akan terjadi kemudian!!
Kasus lain, ketika masalah atau tantangan muncul radar lain langsung menangkap getaran signal. Ketika signal itu menyentuh dinding tauhid, kecerdasan tauhid mengendalikan emosi, hasilnya adalah emosi yang terkendali seperti rasa tenang dan damai. Dengan ketenangan emosi yang terkendali itu maka god spot atau pintu hati terbuka dan bekerja, terdengarlah bisikan-bisikan illahi yang mengajak kita kepada sifat-sifat keadilan, kasih sayang, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, kreativitas, komitmen, kebersamaan, perdamaian dan bisikan hati mulia lainnya. Berdasarkan bisikan dorongan mulia itulah potensi kecerdasan intelektualitas yang berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kejujuran dan tanggung jawab, lahirlah sebuah meta kecerdasan yaitu integrasi EQ, IQ & SQ.
Kemampuan untuk mengetahui banyak hal secara ilmiah, disebut kecerdasan intelektual. Sedangkan kapasilitas untuk mengembangkan interaksi sosial secara positif dan mendukung potensi insani lainnya disebut kecerdasan emotional. Dan jenis kecerdasan yang banyak berpengaruh atas prestasi spiritual seseorang yaitu kecerdasan spiritual.
Penggabungan antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan intelektual dalam berbagai hal akan melahirkan “idealisme” dalam diri yang dalam konstektualnya lebih benyak membentuk wilayah-wilayah individual (catra pribadi). Sedangkan penggabungan antara ketiga kecerdasan tersebut yakni intelektual-spiritual dan emosional memunculkan tipe-tipe kecerdasan baru hingga pencapaian kecerdasan dialektis.
Perlu diakui bahwa IQ, EQ & SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) didalam diri kita, sehingga tidak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Seperti kata Thomas Jefferson atau Anthoni Robbins meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi pada pelaksanaannya, perlu dijalankan se-fleksibel orang berenang. [Info: Berbagai Sumber]
Sumber : http://halimyou.blogspot.com
No comments:
Post a Comment